Popular Posts

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

About

Mengenai Saya

Foto saya
Bijaksana, baik hati, sederhana, dan terkadang humoris

Pengikut

Minggu, 28 Februari 2010


Seorang pemuda jujur bekerja sebagai karyawan biasa, lalu pemuda itu melakukan kesalahan ia mengambil uang rekan kerjanya. Saat itu rekan kerjanya menitipkan uang kepada pemuda jujur itu, tapi uang itu raib dari tangan pemuda itu. Rekan kerjanya itu marah karena uang itu milik perusahaan. Rekannya menitipkan uang padanya karena ia tahu bahwa dia itu pemuda yang baik, rajin dan terkenal dengan kejujurannya di perusahaan tersebut. Namun rekan kerjanya tak mau tahu, bahwa pemuda itu harus bertanggung jawab atas kesalahannya secara langsung terhadap pemilik perusahaan mereka berdua bekerja.

Lalu pemuda itu langsung menemui direktur perusahaan itu, yang anehnya direktur itu tidak memperlihatkan wajah yang geram seperti hal nya orang marah. Ia hanya duduk tenang bak seorang hakim yang siap membuka persidangan. Setelah itu direktur mempersilakan nya duduk, lalu ia bertanya kepada pemuda itu, "Kenapa kamu ambil uang itu? Sedangkan aku tahu, kamu itu sudah lama bekerja di sini bahkan aku sendiri tahu bahwa kamu itu orang yang jujur, tapi mengapa kamu melakukan hal itu?" Direktur itu berbicara biasa saja tak sedikit pun memperlihatkan kekesalan pada pemuda itu. Lalu pemuda itu menjawabnya, "Sebenarnya aku tak hendak ingin mengambil uang itu, namun karena keadaan ku yang serba tiada dan tak punya apa-apa, terpaksa aku mengambil uang itu untuk biaya pengobatan ibu ku tengah jatuh sakit. Dan sekarang aku mau bertanggung jawab. Silakan Bapak masukan saya ke penjara... Saya ikhlas masuk penjara karena dengan mengambil uang itu Ibu saya sembuh seperti sedia kala." Direktur itu bertanya lagi, "Kenapa saudara tidak kabur?" Pemuda itu menjawab, "Untuk apa saya mesti kabur, lagi pula Allah pasti tahu kalau hamba ini melakukan salah dan dosa, mudah-mudahan dengan bertanggung jawab dan rela masuk penjara kelak saya mendapatkan ampunan Allah... Wallahu a'lam."

Direktur itu kagum pada pemuda itu hingga ia bicara dalam hatinya, "Subhanallah... Di zaman serba sulit sekarang, masih ada orang seperti dia yang takut hanya kepada Allah. Meski pun ia tengah melakukan salah dan dosa. " Setelah bicara dalam hatinya lalu direktur itu berkata lagi pada pemuda itu, "Baiklah, aku tak akan melaporkan dirimu kepada yang berwajib. Tapi dengan syarat!?" Direktur itu bicara demikian seakan dirinya bak hakim punya kuasa terhadap terdakwa. Lalu pemuda itu bertanya, "Apa syaratnya pak?" Direktur itu pun berkata, "Syaratnya kamu harus menikahi putri tunggal ku!?" Pemuda itu bingung dan terkejut seraya berkata, "Apa betul ini termasuk syarat Bapak untuk memaafkan ku? Ini anugerah terbesar bagiku!" Pemuda itu tersenyum bahagia, Pemuda itu bahagia karena beranggapan kalau ia memenuhi syarat direktur itu, mudah-mudahan di Ridhoi Allah. Dan Allah memaafkan dosa yang telah dilakukan nya.

Lalu direktur itu berkata lagi, "Supaya saya tidak dianggap menipu mu, saya katakan bahwa putri ku itu buta, tuli, bisu dan lumpuh. Kalau kamu menyetujuinya, kamu serta kedua orang tua mu datang lah ke rumahku pekan depan untuk melamar dan menikahi putri ku! Apakah saudara sanggup dengan syarat ini?" Tanpa berpikir panjang lagi pemuda itu menyanggupi syarat dari direktur itu dengan berkata, "Insya Allah, saya sanggup..." Pemuda itu berkata tulus penuh senyum.

Singkat cerita pemuda dan kedua orang tuanya berencana mendatangi rumah pemilik perusahaan di mana pemuda itu bekerja. Sesampainya ke tempat yang di tuju, mereka masuk ke rumah direktur itu disambut dengan penuh senyuman. Ketika mereka duduk di kursi tamu, ternyata gadis yang serba kekurangan dalam fisiknya itu sedang duduk di kursi roda di dampingi istri direktur itu. Pemuda itu beranggapan bahwa gadis yang duduk di kursi roda itu adalah calon istrinya. Pemuda itu pun tersenyum pada gadis itu, meski gadis itu tak membalas senyuman nya itu karena ia buta. Setelah itu direktur memanggil seseorang dan ternyata seseorang itu putri satu-satunya dari direktur itu. Gadis yang duduk di kursi roda itu bukan anaknya melainkan adik ipar dari istri tercinta nya. Sedangkan anak direktur itu sangat cantik, tidak buta, tak tuli, tak bisu dan tidak pula lumpuh. Ia sama seperti gadis lain pada umumnya bisa melihat dengan kedua bola matanya yang indah, bisa bicara dengan suara merdu, dapat mendengar dengan baik dan mampu berdiri layaknya sang peragawati bagai bidadari cantik turun dari negeri khayangan.


0 komentar: