Popular Posts

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

About

Mengenai Saya

Foto saya
Bijaksana, baik hati, sederhana, dan terkadang humoris

Pengikut

Jumat, 19 Maret 2010




Ada sebuah nama melantunkan syair-syair indah
Syair-syairnya bernadakan semangat juang indah
Seakan dirinya mempunyai kepribadian indah
Serta mempunyai rasa keikhlasan tulus suci indah


Alam bertanya; "Pada siapa gerangan berkehendak?"


Alunan kata indahnya terdengar ke angkasa
Melambung tinggi menembus awan biru
Membangunkan langit biru nan indah
Memberi rasa suatu indah dan bahagia


Alam bertanya lagi; "Apakah mungkin untuk sang langit?"


Langit biru hanya terdiam tersipu malu
Kata-katanya yang mengalun merdu
Negerinya bergerak menggetarkan awan biru
Langit nan indah itu berkrakter pemalu
Ia mampu mendengarkan tanpa beranjak ke bumi
Namun sang penyair tak henti berkreasi
Semampu mungkin ia lakukan tiada henti


Alam bertanya; "Apakah mungkin sang penyair itu mampu?"


Penyair itu terlihat tabah dan sabar menghadapi
Meski terkadang jatuh bangun ia lewati
Keinginannya seakan tiada batas teguh berpendirian
Ia tak mudah putus asa menggapai tujuan
'Maju terus pantang mundur' bisik dalam hatinya


Suatu ketika sang penyair kebingungan, ia kehilangan akal, pikiran dan tenaga. Sang penyair indah itu kehilangan kemampuannya, ia tak sanggup lagi meraih mimpi indahnya. Karena sang penyair menyadari bahwa hal itu di luar batas kemampuannya. Ia hentikan segala upayanya demi mengendalikan diri dari ambisi yang berlebihan dan dari perbuatan yang tidak dikehendaki kelak. Sang penyair kini terdiam tanpa melakukan sesuatu hal untuk sang langit biru nan indah.


Alam bertanya; "Bagaimana keadaan nasib sang langit?"


Langit merasa sunyi menyelimuti keheningannnya
Lantunan suara merdu kini tiada lagi menggema
Langit mulai merasakan luas ruangnya tak nyaman
Ketika malam tiba tiada bintang menemaninya
Sang rembulan pun enggan bercahaya
Kegelapan meliputi dirinya dalam renungan
Hari-harinya ia lalui penuh kegelapan
Di setiap ruang sudutnya tak ada lagi senyuman


Alam bertanya; "Apa yang terjadi selanjutnya?"


Tak sengaja sang langit melihat selembar kertas tergeletak yang ditinggalkan oleh sang penyair yang bertuliskan:

Aku hanya sang kumbang yang mampu menyelusuri secara perlahan dimulai dari dahan, tangkai, dedaunan dan ranting-ranting kering berjatuhan saat pijakan kaki ku. Dan setelah ku berhasil menyusuri, hingga ku sampai di puncak penghujung bunga. Ku hanya mampu ungkapkan padanya bahwa aku tak sanggup membahagiakannya.

Lalu sang langit menjawab dalam hatinya:

Ku tak menginginkan harta yang berlimpah darimu
Atau pun bergelimang intan permata berkilau indah
Dan aku tak menginginkan sebuah ujian berat padamu
Yang sesungguhnya hal itu di luar kemampuanmu
Yang ku inginkan buat aku bahagia penuh senyuman
Karena ku ingin menjadi bidadari indahmu


Alam bertanya; "Apa yang akan dilakukan sang langit kelak?"


Setelah membaca tulisan sang penyair, sang langit mulai menunjukan kemampuannya, Langit itu mencoba mengumpulkan semua awan itu menjadi bentuk hamparan terbentang luas. Ketika langit merasakan sedihnya tak tertahankan lagi. Laskar awan-awan itu bergemuruh disertai petir menggelegar dan merubah diri menjadi warna pekat hitam. Hingga awan itu mengalirkan tetesan air berjatuhan menyirami dan membasahi apa pun yang terkena tetesnya, sehingga bumi tersenyum dan berseri. Ketika sang penyair tahu bahwa hal itu adalah kesedihan sang langit, maka ia pun segera bangun dan bangkit dalam diamnya. Penyair itu seakan tiada rela seandainya ada suatu kesedihan terhadap sang langit, karena sang penyair itu tak menginginkan ada kesedihan, apalagi hingga meneteskan air mata. Sang penyair itu kembali seperti sedia kala menemani suka dukanya sang langit dalam indahnya kebersamaan yang sejati. Hujan deras pun reda seketika dan muncul lah sang pelangi dengan warna-warni nan indah menghiasi cakrawala hidup keindahan. Dan kini sang langit nan indah pun tersenyum kembali untuk selamanya...



0 komentar: