Popular Posts

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

About

Mengenai Saya

Foto saya
Bijaksana, baik hati, sederhana, dan terkadang humoris

Pengikut

Sabtu, 06 Februari 2010

Karangan cerita karya: Tira Risyadi

Cerita ini hanya karangan belaka bila ada kesamaan dalam alur cerita kisah ini, itu hanya kebetulan saja...

Ridwan seorang pemuda sederhana ia bekerja di Jakarta dengan penghasilan tak seberapa namun ia selalu bersyukur dan menerima apa yang didapat. Suatu ketika Ridwan jatuh hati kepada seorang gadis yang bernama Farida, ia seorang Mahasiswa dan ia juga bekerja. Akhirnya pun Ridwan dan Farida menjadi sepasang kekasih, Farida mencintai Ridwan apa adanya meski Ridwan hanya lulusan SMU. Farida mencintai Ridwan bukan karena parasnya yang tampan tapi melihat hati tulus Ridwan yang begitu terlihat bersinar di pancaran sorot kedua matanya yang begitu tajam, hingga tatapan matanya begitu menyejukan bagi setiap orang yang memandangnya. Begitu pun Ridwan mencintai Farida bukan karena kecantikannya akan tetapi karena kelembutan hatinya yang begitu tulus dan suci mencintainya tanpa memandang sebelah mata pada setiap orang termasuk pada Ridwan yang hanya lulusan SMU.
Setiap malam mingguan Ridwan dan Farida sering merencanakan janji untuk bertemu dan setiap pertemuan itu selalu berkesan indah tanpa ada sesuatu yang seakan-akan mengusik dalam hubungannya. Suatu ketika mereka jalan-jalan ke sesuatu tempat rekreasi yang di tempat itu terdapat banyak sesuatu hal indah, yang sebelumnya belum pernah mereka jumpai dalam hidupnya. Keindahan-keindahan itu menjadi kenangan ter indah bagi mereka berdua yang di dalamnya penuh makna-makna romantis yang sangat mendalam di hati mereka hingga pengalaman itu sungguh ter patri dalam hati masing-masing yang tak akan pernah bisa mereka lupakan begitu saja. Meski mereka berpacaran tapi mereka berdua berpegang teguh pada Agamanya mereka tak pernah melakukan pelanggaran dalam benteng batas-batas di luar kewajaran dalam berpacaran itu. Setelah puas bersafari di tempat rekreasi tersebut, alam mulai gelap dan untuk melanjutkan pulan mereka berkeyakinan bahwa mereka akan pulang larut malam, karena jarak yang ditempuh memakan banyak waktu sekitar 7 jam. Dengan inisiatif Ridwan dan Farida hendak menginap di penduduk sekitar. Suatu ketika mereka mendapatkan penginapan secara cuma-cuma oleh warga sekitar yang baik memberi tempat untuk bermalam di rumahnya. Hati Riwan dan Farida merasa senang penuh senyum ketulusan di hati mereka berdua. Suara Adzan Subuh berkumandang merdu lalu mereka dan penghuni rumah itu terbangun untuk menunaikan ibadah sholat subuh. Setelah sholat subuh tak disengaja oleh farida melihat Ridwan sholat subuh nya tak memakai qunut, saat itu Farida merasa kaget dan bertanya-tanya dalam hatinya, karena setahu Farida yang sholat subuh nya tak memakai qunut berarti bukan dari golongan organisasi NU akan tetapi dari organisasi Muhammadiyah. Dengan penuh rasa khawatir Farida mencoba mendekati Ridwan dengan nada sedikit emosi yang tidak berlebihan. Lalu Farida pun bertanya pada Ridwan, "Kenapa sholat subuh nya ga pake qunut? pasti kamu organisasi Muhammadiyah, ya?" Lalu Ridwan pun menjawab penuh senyum dan bijaksana, "iya, aku setiap sholat subuh ga pernah menggunakan qunut dan memang benar aku di lahirkan dari keluarga golongan Muhammadiyah dan aku paham apa yang kamu maksud terhadapku, padahal dalam hidupku, aku tak pernah mempermasalahkan suatu golongan organisasi tertentu. Karena setiap orang yang menanyakan qunut atau tidak, hal ini mungkin akan menjadi sebuah perselisihan tapi kalau bertanya sholat apa tidak mungkin itu lebih bersifat umum dan mungkin tak akan mengundang perselisihan. Meski secara pribadi aku tak akan menjadi masalah terhadap golongan tertentu karena bagiku adalah sholat nya bukan dari segi qunut atau tidaknya. Dan lagi pula dalam suatu hubungan aku tak pernah memandang dari aspek organisasi tertentu tapi dari Agamanya yaitu se iman dan se keyakinan, bukan Agama selain Islam atau Non Muslim. "
Setelah mendengar penjelasan dari Ridwan, Farida memahami apa yang di katakan dan di maksud Ridwan padanya. Dan hal itu hubungan mereka semakin lengket bak perangko seolah-olah siapapun tak akan pernah bisa memisahkan mereka berdua. Hubungan mereka berdua sudah 2 tahun berjalan dan dari kedua orang tua Farida mengetahui hubungan mereka dan kedua orang tua Farida merestui hubungan mereka. Suatu ketika kedua orang tua farida menyarankan untuk segera menikah karena lebih cepat menikah lebih baik dan supaya terhindar dari segala fitnah yang ada pada mereka berdua. Dan pada saat bersamaan pula ketika itu Ridwan dan Farida bertemu di rumah sahabat karibnya Farida. DI saat sedang asyik-asyiknya berbincang-berbincang ternyata Farida mengidap penyakit kanker otak dan pada saat itu pula kepala Farida merasa sakit, kepalanya terasa akan pecah hingga Farida pun tak sadarkan diri, Ridwan dan sahabat Farida terkejut kaget melihat tubuh Farida terbaring kaku karena pingsan. Lalu Farida pun di bawa ke Rumah Sakit terdekat dan setelah itu Farida siuman dari pingsan nya. Dan Ridwan pun tahu tentang penyakit yang dideritanya rasa cinta dan sayangnya terhadap Farida tidak berkurang malahan bertambah sayang padanya. Meski Ridwan tahu resikonya bahwa Farida tak akan bertahan lama dalam hidupnya sewaktu-waktu ia akan meninggal dan akan pergi dari kehidupannya untuk selama-lamanya namun Ridwan tak pernah menghiraukan hal itu. Suatu ketika dari pihak keluarga Ridwan tidak menyetujui hubungan mereka karena kedua orang tua Ridwan beranggapan jikalau Ridwan menikah kelak sewaktu-waktu Farida akan meninggal dan hal itu akan membuat Ridwan menderita atas kepergian nya. Namun Ridwan beranggapan lain bahwa ia siap menanggung akibatnya seberat apa pun karena ia merasa yakin bahwa maut seseorang di Tangan Tuhan bukannya di tangan para medis.
Suatu ketika Ridwan dipindahkan oleh perusahaan nya di mana ia bekerja, Ridwan di mutasi kan ke daerah kota Kembang Bandung. Selama di Bandung Ridwan selalu memikirkan tentang hubungannya dengan Farida. Dalam benaknya selalu terniang anggapan-anggapan kedua orang tua dan saudara-saudara kakaknya, bila di pikir-pikir secara realita apa yang di ungkapkan keluarga Ridwan ada benarnya. Kegundahan pada Ridwan pun mulai menerpa karena anggapan-anggapan keluarganya itu mulai menguasai setiap pemikirannya bahkan dalam hatinya selalu terucap, "Andai aku menikahinya kemungkinan besar aku tak akan sanggup bilamana anggapan-anggapan keluarga ku itu benar-benar terjadi dan sepertinya hal itu di luar kemampuan ku karena aku tak akan bertahan jikalau ia hanya sejenak dalam cinta halal ku". Selama tinggal di Bandung Ridwan mulai mengenal rekan-rekan kerjanya hingga Ridwan mengenal seorang gadis yang bernama Nadia, Nadia adalah gadis dari keluara sederhana tidak seperti Farida yang penuh dengan kecukupan, namun kedua-duanya mempunyai kepribadian yang sama baiknya . Nadia hanya seorang guru Taman Kanak-kanak Islam yang di kenal dengan sebutan TPA. Lalu Ridwan pun jatuh cinta lagi kepada Nadia karena Ridwan berpikir Nadia dan Farida tak jauh berbeda keduanya sama-sama memiliki ahlaq yang baikterutama dalam keislamannya. Setelah itu Ridwan dan Nadia pun menjalin suatu hubungan karena Nadia juga beranggapan bahwa Ridwan juga pemuda yang mempunyai kepribadian yang baik. 6 bulan kemudian Ridwan merasa tak adil terhadap Farida dan Nadia karena tak mungkin hubungan ini terus-terus di sembunyikan dan Ridwan pun mulai bimbang dan bingung dengan semua hal ini. Di saat ia bimbang Ridwan pun harus melakukan sebuah pilihan karena hal ini merasa tak nyaman dalam dirinya, lalu Ridwan pun sholat Istiqhoroh untuk mencari jalan keluar ini demi kebaikan bagi semuanya, dalam suasana romantika pada saat itu Allah belum memberikan tanda-tanda pada dirinya namun Ridwan berpikir bahwa yang pantas ia pilih adalah Nadia karena Nadia lebih meyakinkan untuk di pilih karena Nadia tak mempunyai suatu penyakit pada dirinya dan lagi pula Ridwan selalu ingat pada Nadia dibandingkan terhadap Farida. Dan karena hal itu Ridwan akan mengambil suatu keputusan bahwa Nadia lah yang pantas di jadikan calon istrinya.
Suatu ketika Ridwan menemui Farida lalu semua kisah tentang Ridwan dan Nadia semua di ceritakan kepada Farida. Saat mendengarnya mata Farida berkaca-kaca dalam jerit tangis yang tertahan dalam kedua bola matanya. Ridwan pun menatap penuh rasa khawatir pada Farida seolah-olah ia merasa salah dan dosa pada Farida. Namun Farida tahu bahwa ini bukan kehendak Ridwan tapi semua ini takdir dari Tuhan yang harus istiqomah dalam menghadapinya. Maka Farida menyetujuinya semua keputusan dari Ridwan karena Farida berpikir bahwa ia tak akan bertahan hidup lama jikalau kelak ia menjadi istrinya. Farida sepakat dengan keputusan Ridwan penuh ketulusan dan keikhlasan yang benar-benar suci hanya untuk kebahagiaan yang ia cintainya meski harus mengorbankan perasaan nya sendiri. Pada dasarnya Ridwan tak ingin melakukan hal ini pada Farida namun ia juga tak mau menyembunyikan dari hidupnya karena Farida berhak tahu tentang semua hal ini karena masalah ini masalah hati yang segalanya harus di selesaikan dengan hati pula. Ketika semuanya tuntas dengan damai penuh bumbu-bumbu ketulusan pada mereka berdua akhirnya Ridwan pun pamitan dan mengucapkan kata terakhirnya yaitu, "maaf " namun Farida masih tetap mampu tersenyum meskipun matanya masih berkaca-kaca yang balut kesabaran. Setelah bayangan sosok Ridwan hilang dari pandangannya, di detik-detik setiap langkah kakinya, dengan bersamaan itu pula, hitungan setiap tetes air mata Farida mengalir dengan lembut menyelusuri turun perlahan kedua pipi, lalu terjatuh lah tetes demi tetes air mata membasahi daratan tandus dan gersang dalam hidupnya. Meski demikian Farida tetap sabar dan tabah menghadapi semua itu karena ia merasa bahwa semua ini jalan terbaik bagi dirinya mau pun bagi Ridwan. Setelah Ridwan meninggalkan Farida, Ridwan merasa yakin bahwa Farida akan meneteskan air mata itu, meski ia tahu bahwa di depannya akan terus mencoba agar air mata itu tak terjatuh ketika dirinya masih berada di hadapannya, dan Ridwan juga tahu bahwa Farida adalah orang yang tegar, sabar, dan tabah dalam menghadapi segala cobaan. Semakin jauh bayangan Farida dari setiap langkahnya tanpa disadari oleh Ridwan ternyata ia juga neneteskan air mata, dengan tersadarnya pula ia langsung menghapus dan mengusapnya air mata itu dengan kedua tangannya. Dan tangisan Ridwan itu seolah-olah bahwa ia juga merasakan apa yang ia rasakan terhadap Farida saat itu.
Akhirnya Ridwan dan Nadia menikah..... Setelah pernikahan itu awal kebahagiaan mereka pun di mulai dan kebahagiaan itu terus berlangsung lama hingga Nadia pun mengandung..... 9 bulan kemudian Nadia sudah berada di Rumah Sakit bersalin yang sebentar lagi akan melahirkan..... Semua dari pihak keluarga Ridwan dan Nadia berkumpul di Rumah Sakit menunggu anak yang akan di lahirkan oleh Nadia, Semuanya penuh harap-harap kebahagiaan termasuk pula Ridwan. Namun Allah berkehendak lain Nadia mengalami pendarahan yang hebat yang membawanya dalam mati sahid..... Ternyata para medis tak sanggup menyelamatkan kedua nyawa itu. Nadia dan anak yang di kandung nya pun meninggal dunia..... Setelah kepergian Nadia dan anak nya pergi dari kehidupan Ridwan, Ridwan ingat akan masa lalu nya yaitu Farida. Ternyata Farida menurut kabar angin bahwa ia masih hidup meski ia menderita kanker otak, meski Ridwan tahu tentang hal itu Ridwan tak pernah untuk ingin tahu tentang keberadaan nya. Karena ia mersa bersalah pada Farida dan juga Ridwan ingin setia pada Nadia meski ia sudah Almarhummah..... Namun Ridwan mempunyai sebuah harapan indah yang terukir dan tertulis di hati nya yang paling dalam..... Dan pada hal ini kemungkinan besar seandainya Ridwan menikah dengan Farida pasti melakukan hal yang sama seperti pada Nadia.....

Ku tak pernah meminta pada mu...
Agar kamu hidup lebih lama bersama ku...
Andai saja ajal menjemput ku...
Lalu ku masuk surga...
Dan mendapatkan ke 7 bidadari surga...
Ku tak mau ke 7 bidadari itu...
Yang ku harap temani surga itu...
Orang yang ku sayangi secara utuh...
Yaitu istri ku dan anak ku...
Hanya sebuah harapan temani dalam hidup ku...
Namun sebuah harapan indah itu...
Sebuah harapan setia dunia akhirat...



TAMAT


0 komentar: